Huffhh.
Sepertinya menjadi sebuah kebiasaan, atau bahkan sudah menjadi tradisi
buat ku kalo hari jum’at ntu mesti nonton. Kali ini lumayan lama
mengantri di Ciwalk dan sendirian. Lama karena jam 2 baru tahu kalo EPT
diundur minggu depan. Sendirian karena yang lainnya Fisek 3. Kali ini
yang menjadi korban tontonan adalah Film Captain America.
Orang
yang suka nonton film di bioskop dan dvd pasti tau bedanya. Efek di
DVD, sound dan gambarnya juga, ga seperti di bioskop. Film Captain
America (CA) ini pun ga beda.
Awalnya
ga bakal kepikiran nonton film ini. Secara, film ini bukan kayak
Superman atau Spiderman yang di film maupun ceritanya jelas2 nyeritain
elemen2 sihir atau fantasi. Sama sih, ni juga ada kedua hal di atas.
Tapi, porsinya sedikit. Ni yang menjadi alasan kenapa CA ditonton di
akhir. Sorry, CA. You’re not my type (kayak apaan He)
Setelah nonton gimana?
Keren,
sekaligus tragis. Keren karena gambar dan pemeran nya ga kalah dari
film-film marvel/Paramount lainnya. Tragis karena ceritanya. Aku ga
bakal secara gamblang nyeratain CA dari awal sampai akhir, karena ni
bakal nyakitin hati penonton yang belum punya kesempatan buat nonton
atau emang ga mau denger dulu sampe nonton sendiri ni film. Atau ga mau
buat produsernya marah cz aku beberen ceritanya dan karenanya menurunkan
penjualan tiket? Ga kali. Banyak yang dah buat resensi ni film. Tapi
aku Cuma mau ngeresume ceritanya aja ko.
Ni
film jadi tambahan ke daftar film tertagis yang pernah aku tonton!
Bayangkan kau seperti c CA yang mempunyai (meskipun bisa dikatakan
bukan) akhir cerita yang benar-benar tragis dan kau tak tahu pasti
akhirnya? Bayangkan sesuatu seperti ini : kau membuat janji untuk
berkencan dengan seseorang yang baru kau sadari kau begitu mencintainya,
dia ingin memberi kebahagian yang kau inginkan, pada suatu hari dan kau
tidak menemuinya pada hari yang dijanjikan karena suatu kecelakaan yang
membuatmu koma. Namun, saat kau terbangun, kau baru menyadari bahwa kau
telah tidur selama 70 tahun!!! Tentu yang terpikirkan olehmu adalah
bagaimana dengan sesorang itu, apakah dia masih menungguku? Ngapain aja
dia selama 70 tahun itu? Atau masih adakah dia untuk mendengarkan
perasaan yang ingin kau ceritakan kepadanya? Perasaan ingin berdansa
dengannya, menghabiskan malam dengannya dan menjadi pendamping hidupnya?
Pertanyaan
terakhir ini ga terjawab di Film. Produser dengan ‘tega’ langsung
menampilkan Credit Title yang artinya THE END. Wait, OMG. Aku baru
nyadar kalo suka ada cerita tambahan buat film seperti ini di sela-sela
credit title. Ahhhh, sayang aku langsung pulang.. Heu sedihnya. Tapi, ni
film karena dah masuk ke daftar film tertragis buatku, aku mesti
dapetin softfile nya. :D
Nilai kehidupan :
siapa
pun, atau bagaimana pun kau sekarang (lebih tepatnya sehebat apapun kau
sekarang), kau masih kau yang dulu, Kau yang alami. Jangan biarkan
semua ini melenakanmu. Dan berpikir lah simple ke arah sana. Karena kau
tidak harus sesulit-sulitnya mencarinya atau mempelajarinya kembali.
Karena ia begitu dekat denganmu, Karena ia adalah kamu. Maka peluklah
dia dan kau akan rasakannya. Peluklah dia. Hatimu. Dan jangan biarkan ia
terbang terlalu tinggi, karena akan sakit jatuhnya.
0 komentar:
Posting Komentar